Jumat, 28 November 2014

Allah tak butuh nilai rapot

+
       Suasana istirahat kelas disudut sekolah itu nampak tenang. Para penghuni kelas XII IPA 1 itu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Kegiatan mereka berhenti saat seorang guru TU membuka pintu kelas. semua mata terangkat serentak, menghentikan kegitan yang sedang dilakukan.
      " Saya memanggil Dita widjanisyifa. Harap ikut saya ke ruang TU sekarang " jelas pak kepala TU.
semua mata serentak tertuju pada seseorang yang memiliki nama yang disebut. bukan rahasia umum, Dita memang hanya seorang murid beasiswa yang bukan bersal dari keluarga kaya raya seperti murid-murid lain. kecerdasan yang Allah Ta'ala anugerahkan untuknya membuat ia dapat bersaing dengan pelajar-pelajar berkelas lainnya. kepribadian Dita yang baik juga ramah membuatnya mudah berbaur dan diterima teman-temannya.
     Dita bangkit. melangkah pasti menuju ruang TU tanpa lupa merapihkan kerudung yang ia kenakan sebelum keluar kelas. Dita juga termasuk salah satu murid yang memakai kerudung yang menutup auratnya diantara puluhan murid lainnya.
    Ia memasuki ruuang TU dengan tenang. Seorang ibu yang sedang duduk dibelakang meja administrasi tersenyum ramah menyambut kedatangannya. Ia dipersilahkan duduk. senyumnya memudar bertepatan setelah bapak kepala TU menuturkan alasan mengapa dirinya di panggil. Mata dita memerah walaupun tak menangis. ujung jilbabnya ia mainkan dengan penuh kegeraman. Nama seseorang yang harus bertanggung jawab atas kemarahannya siang ini.

    Dita membuka pintu kelsnya kasar. matanya menyapu seluruh ruangan kelas. seseorang yang ia cari dengan mudah ia temukan. tanpa berfikir panjang, ia melangkah menuju meja seorang siswa laki-laki di pinggir jendela. 
      " Afy..." panggil dita. Afy, seorang ketua kelas cerdas yang selalu dibanggakan seluruh dewan guru.  sebelum menjawab, Afy dengan santai membuka headsatnya.
      " ada apa ??" tanyanya, dingin tanpa dosa.
      " minggu lalu aku udah ngumpulin map kan ke kamu ??" tanyanya, menahan amarah.
      " ohh map merah itu ? kenapa ?? " jawabnya polos, balik bertanya.
      " kamu tau kalo map itu harus dikumpulik ke TU minggu lalu? "
     "ah, iya gw lupa. bisa lain kali kan... kepala TU ga mungkin marah ". santai, bersiap menempelkan kembali headsat ke telinganya. lama-lama Dita tak tahan juga, ia tarik headsat itu ke meja. Afy terperanjat.
     " lo apa-apaan sih ?? " tanya Afy dengan nada tinggi.
     " kamu tau? gara-gara kamu, aku hampir ga bisa ikutan ulangan akhir semester bulan ini. hah?? "  bentak Dita. ia sudah tak perduli dengn teman sekelasnya yang menatap dirinya heran.
      " lo itu keparnoan. hal sepele kaya gitu kenapa musti dipusingin sih?? ribet banget jadi cewe.. "
     " mungkin buat kamu itu ga penting. kamu bisa aja belajar disini semau kamu.. tapi buat aku?? aku cuma murid beasiswa. aku ga mungkin bisa bertahan di sekolah ini tanpa BSM itu.. dari segi manapun, kita berbeda Afy !! " ucap Dita, air matanya tak terbendung. seseorang di hadapannya tercenung. ia tak tahan melihat seorang wanita menangis karenanya. tapi, sifat keras kepalanya menepis itu.
      " lagian itukan urusan lo. kenapa gw yang ribet sih ??  tanya Afy, dengan nada tak kalah tinggi. "
      " kamu itu ketu kelas. kalo aku boleh ngasih langsung map itu ke TU, aku ga akan pernah ikhlas sedikitpun ngerepotin kamu.." serak. pada akhirnya, Afy mengalah. ia diam.
      " kamu itu pinter Fy,, tapi demi Allah ! Allah ga minta kamu cuma belajar ilmu dunia aja... kamu punya kesempatan. orang tua kamu mampu dan kamu dianugerahkan otak yang cerdas.. tapi kalo ga ada akhlak di hati kamu, semua itu ga berguna.. kedudukan akhlak itu lebih tinggi derajatnya daripada ilmu. Allah ga butuh ga butuh nilai-nilai rapot dan semua piala kamu... inget itu baik-baik !!" jelas Dita, masih dengan tangisnya. Ia melangkah keluar. Tak lama salah seorang teman melangkahkan kaki ke arah dimana seseorang telah termenung disana.
      " gw gak pernah sudi punya ketua kelas yang ga mau direpotin kaya lo.. " kecamnya. 
      Afy tak menyahut. otaknya bekerja, sedangkan hatinya bergetar hebat. Pernyataan Dita yang mengatakan bahwa kedudukan akhlah lebih tinggi derajatnya daripada ilmu terus berputar di atas kepalanya. Bagaimana bisa perkataan seorang siswa beasiswa seperti Dita bisa menyentuh hatinya?? ya !!
 itu bukan kata Dita, tapi kata hadits.
      ya !! Dita benar. kecerdar. kepintaran ataupun kecerdasan yak akan berguna tanpa akhlak. Allah tak butuh nilai rapot di akhir semesternya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar